New Normal Kebijakan yang Bisa Menyengsarakan Rakyat Demi Para Kapitalis?
Foto tumblr.com |
Presiden Joko Widodo sendiri bahkan sempat menyampaikan dengan istilah berdamai dengan Corona. Tak hanya itu, Mahfud MD, Menkopolhukam menganalogikan bahwa virus corona itu seperti istri: “Sebelum menikah, seseorang berpikir untuk menaklukkan wanita yang akan menjadi istrinya. Namun setelah menikah, ternyata dia tidak berhasil menaklukkannya. Maka tak ada pilihan lain selain menjalani kehidupan bersama istrinya tersebut.”
Analogi ini mengisyaratkan bahwa kebijakan New Normal tak memiliki dasar sains dan terkesan terburu-buru. Kenapa bisa dikatakan demikian? Alasan yang bisa memperkuat pernyataan ini adalah bahwa kebijakan New Normal tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan WHO.
New Normal hanya berlaku bagi negara-negara yang sudah sukses melawan Covid-19 seperti Cina, Taiwan, Vietnam, dan Jerman. Sementara di Indonesia? Data per Selasa 26 Mei 2020 ada 415 kasus baru dengan total 23.165 pasien positif. Bagaimana bisa menerapkan New Normal sementara grafik pasien positif corona semakin meroket?
Sumber Teks: Ustadz Yudha Pedyanto
"New Normal Kebijakan yang dapat menyengsarakan Rakyat
Lo bukannya bagus? agar masyarkt bisa bekerja kembli?
iya bagus, bagus untuk para kapitalis, rakyat? menderita. "
Simak video di bawah ini:
[beritaislam.org]"New Normal Kebijakan yang dapat menyengsarakan Rakyat"— Ghazwulfikrii (@ghazwulfikrii) May 31, 2020
Lo bukannya bagus? agar masyarkt bisa bekerja kembli?
iya bagus, bagus untuk para kapitalis, rakyat? menderita.
UU Karantina wilayah yang menjamin rakyatnya itu mana???? #BahayaDibalikRUUHIP#IslamSolusiAtasiPandemi pic.twitter.com/GbkFAh1oTN
Comments
Post a Comment